Jurnal Video Dokumenter Perahu Sekolah Sinar Wakatobi
Pendidikan
Jurnal Video Dokumenter Perahu Sekolah Sinar Wakatobi
Tim Samudera Indonesia Peduli membuat video dokumenter mengenai perjalanan beroperasinya Perahu Sinar Wakatobi di Muaragembong, Bekasi setelah satu tahun perahu beroperasi.
Pada akhir tahun 2017, Samudera Indonesia Peduli menginisiasi sebuah program yang didedikasikan untuk anak-anak sekolah yang memiliki keterbatasan ekonomi di area pemukiman dekat sungai dan/atau kepulauan terpencil yang mengalami kesulitan akses transportasi untuk pergi dan pulang sekolah. Program ini, yang dinamakan Program Perahu Sekolah, direalisasikan sebagai bentuk kepedulian dan perhatian perusahaan kepada anak-anak sekolah untuk memudahkan akses pendidikannya. Perahu Sinar Wakatobi menjadi salah satu wujud nyata atas program ini yang telah beroperasi secara rutin selama satu tahun terakhir mengantarkan anak-anak ke sekolah dan ke rumah.
Perahu Sinar Wakatobi beroperasi di kecamatan Muaragembong, kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Muaragembong yang berbatasan dengan Laut Jawa dan Teluk Jakarta membuatnya sangat dekat dengan perairan dan juga karena posisinya diujung kabupaten Bekasi, infrastruktur yang dimiliki pun sangat terbatas. Perahu Sekolah Sinar Wakatobi atau akrab dipanggil “Si Tobi” telah berkelanjutan beroperasi di Muaragembong selama lebih dari satu tahun. Karena itu, tim Samudera Indonesia Peduli berniat untuk membuat video dokumenter mengenai perjalanan sukses Si Tobi. Secara garis besar, tim SI Peduli bersama tim videographer melakukan wawancara bersama beberapa siswa-siswi penumpang setia “Si Tobi”,orang tua murid, dan guru pada saat proses syuting.
Berikut jurnal proses syuting tim di Muaragembong
Hari Pertama, 11 Maret 2019
Setelah menempuh perjalanan selama lebih dari tiga jam dengan jarak sekitar 95 km dari Gedung Samudera Indonesia Slipi ke kecamatan Muaragembong, kabupaten Bekasi akhirnya tim yang beranggota 13 orang tiba dan beristirahat sejenak di penginapan rumah penduduk di tengah panas teriknya desa Muaragembong. Sebelum melanjutkan aktivitas tim melaksanakan pengarahan singkat dan doa bersama berharap agar seluruh kegiatan selama tiga hari dimudahkan dan dilancarkan. Pada hari pertama, agenda tim adalah melaksanakan wawancara dan syuting bersama Gita, salah satu murid penumpang rutin Sinar Wakatobi. Tim mengunjungi rumah Gita di siang hari, dimana kondisi rumah Gita sangat memprihatinkan, yang terletak di tepi rawa dan sungai Citarum dengan bangunan yang rapuh dan suasana rumah yang remang dan lembab dikarenakan kurangnya cahaya.
Pada saat proses wawancara dan syuting bersama Gita berjalan cukup lancar. Jawaban yang diberikan Gita membuat para tim cukup puas tanpa harus bersusah payah memberi arahan yang rumit karena Gita sudah bisa menangkap dan sudah mengerti mekanisme teknis syuting. Hanya saja Gita dan tim harus bersabar menahan panas teriknya siang hari di Muara Gembong. Pertanyaan pada saat wawancara berupa pertanyaan mendasar seperti; perkenalan, perubahan setelah adanya perahu sekolah Sinar Wakatobi, cita - cita, dan pertanyaan serupa lainnya. Tim juga melakukan syuting keseharian Gita seperti: saat Gita berangkat dan pulang sekolah, belajar, dan bantu berjualan di warung milik tantenya.
Menjelang matahari terbenam seluruh tim bersiap untuk syuting perahu sekolah dengan latar belakang matahari terbenam yang indah di muara sungai Citarum. Tim syuting menggunakan drone untuk mengambil video dengan jangkauan lebih luas dan terlihat lebih bagus. Selesai syuting, tim kembali ke penginapan untuk makan malam dan beristirahat.
Hari Kedua, 12 Maret 2019
Pada hari kedua, agenda tim cukup padat yaitu, melaksanakan syuting dan wawancara bersama adik Ubay, Rama dan Zarona. Dimulai dari pagi hari setelah subuh, Tim syuting dengan latar belakang matahari terbit untuk memenuhi konten video ini. Lalu, sekitar pukul 09:00 seluruh tim berangkat menemui adik Ubay di rumahnya untuk memulai proses wawancara dan syuting. Perjalanan menuju rumah adik Ubay melewati lelumpuran yang becek, dan jalan pematang tanah yang sempit. Di awal proses syuting wawancara adik Ubay terlihat begitu grogi berbicara di depan kamera sehingga harus ditenangkan dahulu dan diarahkan oleh tim. Sayangnya, dipertengahan syuting tiba - tiba hujan deras datang sehingga proses syuting harus dihentikan sejenak, seluruh tim berteduh di masjid yang terletak di samping rumah adik Ubay untuk menunggu hujan reda. Tim juga mengambil gambar keseharian adik Ubay seperti: adzan di masjid yang berlokasi disebelah rumah Ubay, mengaji dan menghafal surat - surat Alquran, dan bermain lumpur di depan rumah bersama teman-teman adik Ubay.
Selanjutnya, tim menjalankan proses wawancara dan syuting bersama adik Rama. Proses syuting berjalan lancar dan cepat, walaupun diawal Rama terlihat sedikit gugup pada saat diwawancarai oleh tim, karena cukup banyak orang yang menontonnya. Pada akhirnya Rama bisa melanjutkan dengan baik. Ibunda Rama yang begitu ramah menjamu tim dengan minuman dingin di warung lesehan miliknya yang berada di depan rumahnya sehingga tim bisa beristirahat sejenak dan melanjutkan perjalanan ke rumah Zarona. Setibanya di rumah Zarona, tim langsung mempersiapkan perlengkapan untuk syuting. Kondisi tempat tinggal keluarga Zarona cukup memprihatinkan dengan lantai rumah yang hanya beralaskan tanah dan suasana rumah yang suram dan gelap. Pada saat proses syuting dengan Zarona dan Ibunya tidak berjalan begitu lancar, dikarenakan Ibunda Zarona sangat gugup saat berbicara di depan kamera hingga terlihat tangannya bergemetar saat bercerita sampai akhirnya tim memutuskan berhenti sejenak untuk menenangkan Ibunda Zarona lalu melanjutkannya lagi hingga selesai.
Setelah menjalani hari dengan jadwal yang padat tim kembali ke penginapan menaiki ‘Si Tobi’ dalam kondisi hujan. Sesampainya di penginapan listrik pun mati sehingga seluruh desa sangat gelap. Sebelum beristirahat, tim merapikan barang masing - masing karena keesokan paginya tim akan meninggalkan penginapan.
Hari Ketiga , 13 Maret 2019
Pada hari terakhir, agenda tim adalah mengunjungi Sekolah MTS Nurul Ihsan untuk mewawancarai pemilik yayasan, yaitu Ibu Nur Aini atau yang lebih akrab dengan panggilan Ibu Nunung serta Ibu Maya Diah selaku Direktur Yayasan Samudera Indonesia Peduli. Agenda selanjutnya syuting bersama murid-murid MTS Nurul Ihsan yang pulang sekolah menaiki Si Tobi. Sebelum memulai kegiatan, tim berpamitan dengan Pak Dadang dan mengucapkan terima kasih karena sudah membantu dan mengizinkan seluruh tim untuk menginap di rumahnya selama tiga hari ini. Tim mengangkut barang-barang ke perahu dan bersiap untuk menjalani kegiatan hari ini di MTS Nurul Ihsan.
Setibanya di MTS Nurul Ihsan, tim menemui Ibu Nur Aini di ruang kepala sekolah untuk sesi make - up sambil menunggu kehadiran Ibu Maya Diah. Tim berbincang - bincang dengan guru - guru dan mengamati kegiatan anak - anak di MTS. Kondisi sekolah di MTS Nurul Ihsan ini cukup memprihatinkan karena tidak semua ruang kelas memiliki meja dan kursi sehingga dalam beberapa kelas, murid - murid harus berlesehan di lantai kelas pada saat sesi belajar. Tidak hanya itu, lapangan sekolah pun penuh dengan tanah yang becek dan tergenang air, akibatnya koridor sekolah sering kali kotor karena jejak alas kaki murid - murid dan juga guru. Tanpa berlama-lama, Ibu Nur Aini langsung menjalani proses syuting wawancara yang dilaksanakan di koridor sekolah. Ibu Nur Aini terlihat percaya diri walaupun sedikit gugup tetapi tetap berjalan lancar. Ibu Nur Aini pun memberikan pesan, kesan dan harapan kedepannya untuk Samudera Indonesia Peduli. Setelah Ibu Nur Aini selesai syuting langsung disusul oleh Ibu Maya. Ibu Maya memberikan apresiasi dan harapannya untuk penumpang setia Si Tobi. Berharap bahwa bantuan dari Samudera Indonesia ini dapat membantu anak-anak mencapai cita-citanya.
Tiba waktunya murid - murid pulang dari sekolah, tim syuting bersama beberapa murid di perahu Si Tobi saat mereka diantarkan pulang ke rumah mereka masing - masing. Mereka yang sudah melaksanakan syuting untuk project tim dibagikan makanan untuk makan siang dan hadiah berupa tas sekolah sebagai bentuk apresiasi dan terima kasih dari tim Samudera Indonesia Peduli karena mereka telah memberi dukungan dan partisipasinya untuk kegiatan yang tim jalani. Saat menjelang sore, seluruh tim SI Peduli dan videographer kembali melanjutkan perjalanan ke kantor Samudera Indonesia Slipi menggunakan kendaraan dinas. Tim sangat puas dengan kegiatan yang tim laksanakan ini, perjalanan yang tim tempuh pun lancar tanpa ada halangan.
Dengan dukungan dan doa dari seluruh jajaran Samudera Indonesia, Program Perahu Sekolah Sinar Wakatobi ini diharap akan terus berkelanjutan dengan jumlah perahu yang semakin bertambah untuk membantu anak - anak diseluruh pelosok Indonesia yang membutuhkan untuk akses pergi dan pulang dari sekolah, supaya dapat menuntut ilmu dengan lebih bersemangat demi mencapai cita - cita mereka.
Perahu Sinar Wakatobi beroperasi di kecamatan Muaragembong, kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Muaragembong yang berbatasan dengan Laut Jawa dan Teluk Jakarta membuatnya sangat dekat dengan perairan dan juga karena posisinya diujung kabupaten Bekasi, infrastruktur yang dimiliki pun sangat terbatas. Perahu Sekolah Sinar Wakatobi atau akrab dipanggil “Si Tobi” telah berkelanjutan beroperasi di Muaragembong selama lebih dari satu tahun. Karena itu, tim Samudera Indonesia Peduli berniat untuk membuat video dokumenter mengenai perjalanan sukses Si Tobi. Secara garis besar, tim SI Peduli bersama tim videographer melakukan wawancara bersama beberapa siswa-siswi penumpang setia “Si Tobi”,orang tua murid, dan guru pada saat proses syuting.
Berikut jurnal proses syuting tim di Muaragembong
Hari Pertama, 11 Maret 2019
Setelah menempuh perjalanan selama lebih dari tiga jam dengan jarak sekitar 95 km dari Gedung Samudera Indonesia Slipi ke kecamatan Muaragembong, kabupaten Bekasi akhirnya tim yang beranggota 13 orang tiba dan beristirahat sejenak di penginapan rumah penduduk di tengah panas teriknya desa Muaragembong. Sebelum melanjutkan aktivitas tim melaksanakan pengarahan singkat dan doa bersama berharap agar seluruh kegiatan selama tiga hari dimudahkan dan dilancarkan. Pada hari pertama, agenda tim adalah melaksanakan wawancara dan syuting bersama Gita, salah satu murid penumpang rutin Sinar Wakatobi. Tim mengunjungi rumah Gita di siang hari, dimana kondisi rumah Gita sangat memprihatinkan, yang terletak di tepi rawa dan sungai Citarum dengan bangunan yang rapuh dan suasana rumah yang remang dan lembab dikarenakan kurangnya cahaya.
Pada saat proses wawancara dan syuting bersama Gita berjalan cukup lancar. Jawaban yang diberikan Gita membuat para tim cukup puas tanpa harus bersusah payah memberi arahan yang rumit karena Gita sudah bisa menangkap dan sudah mengerti mekanisme teknis syuting. Hanya saja Gita dan tim harus bersabar menahan panas teriknya siang hari di Muara Gembong. Pertanyaan pada saat wawancara berupa pertanyaan mendasar seperti; perkenalan, perubahan setelah adanya perahu sekolah Sinar Wakatobi, cita - cita, dan pertanyaan serupa lainnya. Tim juga melakukan syuting keseharian Gita seperti: saat Gita berangkat dan pulang sekolah, belajar, dan bantu berjualan di warung milik tantenya.
Menjelang matahari terbenam seluruh tim bersiap untuk syuting perahu sekolah dengan latar belakang matahari terbenam yang indah di muara sungai Citarum. Tim syuting menggunakan drone untuk mengambil video dengan jangkauan lebih luas dan terlihat lebih bagus. Selesai syuting, tim kembali ke penginapan untuk makan malam dan beristirahat.
Hari Kedua, 12 Maret 2019
Pada hari kedua, agenda tim cukup padat yaitu, melaksanakan syuting dan wawancara bersama adik Ubay, Rama dan Zarona. Dimulai dari pagi hari setelah subuh, Tim syuting dengan latar belakang matahari terbit untuk memenuhi konten video ini. Lalu, sekitar pukul 09:00 seluruh tim berangkat menemui adik Ubay di rumahnya untuk memulai proses wawancara dan syuting. Perjalanan menuju rumah adik Ubay melewati lelumpuran yang becek, dan jalan pematang tanah yang sempit. Di awal proses syuting wawancara adik Ubay terlihat begitu grogi berbicara di depan kamera sehingga harus ditenangkan dahulu dan diarahkan oleh tim. Sayangnya, dipertengahan syuting tiba - tiba hujan deras datang sehingga proses syuting harus dihentikan sejenak, seluruh tim berteduh di masjid yang terletak di samping rumah adik Ubay untuk menunggu hujan reda. Tim juga mengambil gambar keseharian adik Ubay seperti: adzan di masjid yang berlokasi disebelah rumah Ubay, mengaji dan menghafal surat - surat Alquran, dan bermain lumpur di depan rumah bersama teman-teman adik Ubay.
Selanjutnya, tim menjalankan proses wawancara dan syuting bersama adik Rama. Proses syuting berjalan lancar dan cepat, walaupun diawal Rama terlihat sedikit gugup pada saat diwawancarai oleh tim, karena cukup banyak orang yang menontonnya. Pada akhirnya Rama bisa melanjutkan dengan baik. Ibunda Rama yang begitu ramah menjamu tim dengan minuman dingin di warung lesehan miliknya yang berada di depan rumahnya sehingga tim bisa beristirahat sejenak dan melanjutkan perjalanan ke rumah Zarona. Setibanya di rumah Zarona, tim langsung mempersiapkan perlengkapan untuk syuting. Kondisi tempat tinggal keluarga Zarona cukup memprihatinkan dengan lantai rumah yang hanya beralaskan tanah dan suasana rumah yang suram dan gelap. Pada saat proses syuting dengan Zarona dan Ibunya tidak berjalan begitu lancar, dikarenakan Ibunda Zarona sangat gugup saat berbicara di depan kamera hingga terlihat tangannya bergemetar saat bercerita sampai akhirnya tim memutuskan berhenti sejenak untuk menenangkan Ibunda Zarona lalu melanjutkannya lagi hingga selesai.
Setelah menjalani hari dengan jadwal yang padat tim kembali ke penginapan menaiki ‘Si Tobi’ dalam kondisi hujan. Sesampainya di penginapan listrik pun mati sehingga seluruh desa sangat gelap. Sebelum beristirahat, tim merapikan barang masing - masing karena keesokan paginya tim akan meninggalkan penginapan.
Hari Ketiga , 13 Maret 2019
Pada hari terakhir, agenda tim adalah mengunjungi Sekolah MTS Nurul Ihsan untuk mewawancarai pemilik yayasan, yaitu Ibu Nur Aini atau yang lebih akrab dengan panggilan Ibu Nunung serta Ibu Maya Diah selaku Direktur Yayasan Samudera Indonesia Peduli. Agenda selanjutnya syuting bersama murid-murid MTS Nurul Ihsan yang pulang sekolah menaiki Si Tobi. Sebelum memulai kegiatan, tim berpamitan dengan Pak Dadang dan mengucapkan terima kasih karena sudah membantu dan mengizinkan seluruh tim untuk menginap di rumahnya selama tiga hari ini. Tim mengangkut barang-barang ke perahu dan bersiap untuk menjalani kegiatan hari ini di MTS Nurul Ihsan.
Setibanya di MTS Nurul Ihsan, tim menemui Ibu Nur Aini di ruang kepala sekolah untuk sesi make - up sambil menunggu kehadiran Ibu Maya Diah. Tim berbincang - bincang dengan guru - guru dan mengamati kegiatan anak - anak di MTS. Kondisi sekolah di MTS Nurul Ihsan ini cukup memprihatinkan karena tidak semua ruang kelas memiliki meja dan kursi sehingga dalam beberapa kelas, murid - murid harus berlesehan di lantai kelas pada saat sesi belajar. Tidak hanya itu, lapangan sekolah pun penuh dengan tanah yang becek dan tergenang air, akibatnya koridor sekolah sering kali kotor karena jejak alas kaki murid - murid dan juga guru. Tanpa berlama-lama, Ibu Nur Aini langsung menjalani proses syuting wawancara yang dilaksanakan di koridor sekolah. Ibu Nur Aini terlihat percaya diri walaupun sedikit gugup tetapi tetap berjalan lancar. Ibu Nur Aini pun memberikan pesan, kesan dan harapan kedepannya untuk Samudera Indonesia Peduli. Setelah Ibu Nur Aini selesai syuting langsung disusul oleh Ibu Maya. Ibu Maya memberikan apresiasi dan harapannya untuk penumpang setia Si Tobi. Berharap bahwa bantuan dari Samudera Indonesia ini dapat membantu anak-anak mencapai cita-citanya.
Tiba waktunya murid - murid pulang dari sekolah, tim syuting bersama beberapa murid di perahu Si Tobi saat mereka diantarkan pulang ke rumah mereka masing - masing. Mereka yang sudah melaksanakan syuting untuk project tim dibagikan makanan untuk makan siang dan hadiah berupa tas sekolah sebagai bentuk apresiasi dan terima kasih dari tim Samudera Indonesia Peduli karena mereka telah memberi dukungan dan partisipasinya untuk kegiatan yang tim jalani. Saat menjelang sore, seluruh tim SI Peduli dan videographer kembali melanjutkan perjalanan ke kantor Samudera Indonesia Slipi menggunakan kendaraan dinas. Tim sangat puas dengan kegiatan yang tim laksanakan ini, perjalanan yang tim tempuh pun lancar tanpa ada halangan.
Dengan dukungan dan doa dari seluruh jajaran Samudera Indonesia, Program Perahu Sekolah Sinar Wakatobi ini diharap akan terus berkelanjutan dengan jumlah perahu yang semakin bertambah untuk membantu anak - anak diseluruh pelosok Indonesia yang membutuhkan untuk akses pergi dan pulang dari sekolah, supaya dapat menuntut ilmu dengan lebih bersemangat demi mencapai cita - cita mereka.
Nama | Jumlah Dukungan |
---|